OLEH MAHASISWA PBA UIN SUKA 2015
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji tak lupa kami kehadirat Allah Subhana Wa ta’ala atas
segala berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah dengan judul Reyakasa Bahasa Sosial
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallaahu’Alaihi Wa Sallam., semoga kita termasuk umat beliau yang kelak mendapat syafaatnya. Aamiin.
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallaahu’Alaihi Wa Sallam., semoga kita termasuk umat beliau yang kelak mendapat syafaatnya. Aamiin.
Tak lupa terima kasih kami haturkan kepada seluruh pihak yang
mendukung, membantu saya dalam penyelesaian makalah tersebut.
Semoga makalah mata kuliah Sosiolinguistik yang telah kami buat
bermanfaat bagi masyarakat umumnya, dan bagi diri saya sendiri khususnya.
Sekaligus dapat memenuhi tugas dari dosen pengampu yaitu bapak Sembodo Adi
serta dapat diterima dengan baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Yogyakarta, 13 Maret 2017
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan merupakan salah atu kita untuk berinterasi,
tanpa adaya komunikasi pastinya seseorang dengan orang yang lain kan kesulitan
menangkap maksud dan tujuan seseorang, sehingga komunikasi ini sangat di
butuhkan.
Dalam berkomunikasi pastinya membutuhkan sebuah alat komunikasi
yang disebut dengan bahasa. Dengan menggunakan bahasa komunikasi akan menjadi
lebih hidup dan nyambung, entah itu menggunakan bahasa lisan, tulisan, ataupun
bahasa isyarat, semuanya mempunyai kelebihan masing-masing, tinggal siapa yang
menggunakan. Di sini yang akan kami bahas, mengenai sesuatu yang berhubungan
dengan bahasa lisan, dari segi bahasa tersebut di ciptakan ataupun di buat oleh
sekelompok atau komunitas tertentu, yang pastinya hal bahasa tersebut hanya
dapat di pahami oleh komunitas tersebut, atau setidaknya perlu adanya
pengkajian terlebih dahulu untuk daat memahami dan menuturkan bahasa tersebut.
Penciptaan bahasa dalam komunitas tersebut biasa disebut dengan Rekayasa Bahasa
Sosial, yakni bahasa yang digunakan sekelompok masyarakat atau komunitas
tertentu untuk mempermudah komunikasi antar anggota komunitas atau masyarakat
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa itu Rekayasa Bahasa?
b.
Apa saja faktor yang mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa
Sosial?
c.
Bagaimana proses terjadinya rekayasa terjadinya Rekayasa Bahasa
Sosial?
d.
Apa contoh dari Rekayasa Bahasa Sosial?
e.
Bagaimana dampak positif dan dampak negatif dari adanya Rekayasa
Bahasa Sosial?
C.
Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui definisi Rekayasa Bahasa Sosial
b.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa
Sosial
c.
Mengetahui proses terjadinya rekayasa terjadinya Rekayasa Bahasa
Sosial
d.
Mengetahui contoh dari Rekayasa Bahasa Sosial
e.
Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari adanya Rekayasa
Bahasa Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Rekayasa Bahasa
Rekayasa
bahasa sosial merupakan bahasa yang sengaja dibuat oleh komunitas atau
masyarakat tertentu dengan tujuan untuk mempermudah komunikasi dan mempererat
hubungan sesama komunitas tersebut serta untuk mengatasi masalah yang dihadapi
oleh masyarakat multilingual agar dapat memperoleh satu alat yang mampu
mengkomunikasikan kelompok atau komunitas yang satu alat dengan kelompok lain.
Dengan
adanya rekayasa bahasa sosial ini dapat meambah khazanah perbendaharaan bahasa
di Indonesia. Perlu diketahui rekaya bahasa sosial ini diciptakan bukan untuk
memecah belah kesatuan berbahasa Indonesia, justru dengan adanya rekayasa
bahasa ini merupakan keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia dan menunjukkan
bahwasannya Indonesia memeliki kekayaan dalam bidang kesastraan dan bahasa.
Tapi dari semua itu perlu diketahui bahwasanya, bukan berarti rekayasa bahasa
sosial ini menggeser peran penting Bahasa Indonesia, tetapi justru Bahasa
Indonesia tetap menjadi induk dan acuan dari berbagai bahasa dari segala bahasa
yang ada di Indonesia.
B.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial
Rekayasa bahasa
sosiaal terjadi bukan secara tiba-tiba, tetapi ada faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa sosial tersebut, di antara:
1.
Faktor Geografis
Tempat seseorang tinggal sudah pasti
menjadi faktor utama terjadinya rekayasa bahasa ini, karena disitulah
komunikasi antar individu paling sering dilakukan, sehingga pasti akan
mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa ini. Ambil contoh misalnya bahasa Using
di Banyuwangi, bahasa tersebut tercipta karena dia berada di ujung timur pulau
Jawa, dimana boleh dikatakan daerah tersebut jauh dari hiruk pikuk keramaian
dan problematika yang ada di pulau Jawa. Sehingga masyarakat di sana lebih
memilih untuk memnciptakan bahasa mereka sendiri untuk komunikasi antar
masyarakat mereka sendiri, sehingga lebih mudah di paham dan diterima.
2.
Faktor Budaya
Faktor budaya juga menjadi salah
satu sebab terjadinya rekayasa bahasa sosial. Terjadinya suatu budaya
disebabkan kebiasaan masyarakat tertentu yang juga pasti kebiasaan tersebut
terdapat bahasa sebagai komunikasi. Contoh budaya orang-orang Jogja yang memang
terkenal kreatif dan memiliki nilai seni melahirkan sebuah bahasa juga yang
merupakan sebuah hasil kreatifitas dari komunitas tertentu di kota Jogja, yakni
bahasa Dagadu.
3.
Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu daerah
akan mempengaruhi seberapa kreatif mereka mampu membuat rekayasa bahasa. Dengan
dengan tingkat pendidikan tersebut komunitas aktau sekelomopok masyarakat akan
mampu berfikir luas dan berusaha menciptakan kosa kata-kosa kata yang mudah
dipahami antar individu, dan lama-kelaman akan menciptakan sebuah bahasa baru.
4.
Faktor Politik
Faktor politik juga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa. Politik disini lebih
bertujuan untuk mempertahan bahasa asli daerah tersebut, ataupun juga untuk
melindungi masyarakat lokal dari pengaruh-pengaruh luar yang bersifat merusak.
5.
Akulturasi Budaya
Pengaruh ataupun percampuran budaya
lain dengan budaya lokal juga dapat menjadi sebab terjadinya sebuah rekayasa
bahasa. Mungkin karena seringnya bertemu antara masyarakat lokal dan masyarakat
luar dengan membawa budayanya akan mampu mencampuri bodaya lokal dengan budaya
dari daerah lain. Ambil contoh Bahasa Using di Banyuwangi ada juga pengaruh
dari Bahasa Bali, karena memang posisi geografisnya yang berdekatan, yang
pastinya disitu sering terjadi interaksi anatar masyarakat Banyuwangi dan
masyarakat Bali.
Proses yang Mempengaruhi Rekayasa
Bahasa
1.
Tahap perenacaan
2.
Perencanaan Rekayasa Bahasa
Pihak perencanaan rekayasa bahasa bertindak sebagai pengambilan
keputusan kebijakan dalam memecahkan masalah kebahasaan (Haugen, 1972: 168)
pihak perencanaan rekayasa bahasa ini dapat berupa bahan pemerintahan yang
resmi yang secara resmi yang secara khusus ditugasi memajukan dan mengembangkan
bahasa serta pemakaiannya, atau juga bisa pihak di luar pemerintah yang baik
berkelompok maupun perorangan.
3.
Sasaran Rekayasa Bahasa
Sasaran kebahasaan dapat dibagi
menjadi dua arah yakni: sasaran kebahasaan dan kemasyarakatan.
a.
Yang dimaksud dengan sasaran kebahasaan ialah pengembangan kode
bahasa di bidaang pengaksaraan, tata ejaan, tata istilah, tata bahasa,
perkamusan, elaborasi, fungsi pemakaian bahasa, dsb.
b.
Yang dimaksud arah kemasyarakatan ialah masyarakat yang diharapkan
menerima rancangan rekayasa bahasa tersebut.
4.
Tahap Pelaksanaan
Dikemukakakn oleh Haugen (1971: 297-293)
menimbulkan 2 tindakan yang penting bagi perlakuan kita terhadap bahasa, yakni
pengembangan kode bahasa dan pembinaan rekayasa bahasa dan pada dasarnya
mencakup dua hal yakni pengembangan kode bahasa dan pembinaan pemakaian bahasa.
C.
Contoh Rekayasa Bahasa
1.
Bahasa Gaul Jogja (Dagadu)
Dagadu merupakan salah satu bahasa
yang di gunakan oleh masyarakat Yogyakarta. Tetapi, bahasa Dagadu ini bukan
merupakan bagian dari bahasa yang biasa di kenal di masyarakat yakni bahasa
ngoko, bahasa kromo alus, dan kromo inggil, melainkan merupakan bahasa
pergaulan anak muda Jogja yang terkenal kreatif, inovatif dan terdengar aneh.
Bahasa ini tidak diketahui sejarahnya mulai kapan muncul dan siapa yang
menciptakan, tetapi di yakini, bahasa ini mulai terkenal di masyarakat Jogja,
khususnya golongan anak muda dan di kalangan preman sekitar tahun 70 an. Bahasa
Dagadu ini dikenal juga bahasa Walikan, karena pola kalimatnya yang terdengar
terbalik balik dan tidak beraturan. Contonya:
-Mas (Dab)
-Piye ? (Hire?)
-Aku cinta kamu ( Panyu jidha nyadu)
- Aku tinggal di Jogja ( Panyu gitang mi cotca)
-Tanah airku Indonesia (Gadhap aiynyu idhodhebi)
Bahasa Dagadu ini memang bukan bahasa baku
yang ada aturan-aturan tersendiri dalam menggunakan bahasa. Tetapi setidaknya
bahasa Dagadu ini mempunyai rumus-rumus tertentu yang dapat dipelajari, karena
memang sebenarnya bahasa Dagadu ini diambil dari rumus tulisan Jawa “ ha na ca
ra ka) karangan Aji Saka. Sehingga bahasa Dagadu ini bisa untuk di pelajari.
Rumusnya seperti di bawah ini:
a.
Menggunakan huruf aksara jawa yang jumlahnya 20 huruf yakni:
“ Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga”
b.
20 huruf tersebut dipisahkan menjadi 2 kelompok, yakni:
1)
Kelompok pertama (Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La)
2)
Kelompok kedua ( Pa
Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga)
c.
Selanjutnya huruf kelompok pertama dijodohkan dengan kelompok kedua
untuk memenuhi rumus dalam percakapan bahasa, misalnya:
Ha=Pa, Na=Dha , Ca=Ja, Ra=Ya, Ka=Nya,
Da=Ma, Ta=Ga, Sa=Ba, Wa=Tha, dan
La=Nga
Selanjutnya hurufnya dapat dibolak
balik misalnya Pa=Ha, Dha=Na, Ja=Ca, dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya, lihat contoh
berikut ini!
1)
Orang bilang “hire?” artinya dalam bahasa Jawa sehari hari “piye?”
Kata di atas memiliki rumus huruf
Pa=Ha dan Ya=Ra. Jadi huruf Pi=Hi dan Ye=Re, sehingga menjadi “Piye?” menjadi
“Hire?”.
2)
Sebutan “mas” menjadi “dab”.
Rumusnya Ma=Sa, dan S=B, sehingga
“mas” menjadi “dab”
3)
Kata “aku” menjadi “panyu”.
Rumusnya Ha/A=Pa, dan Ku=Nyu,
sehingga “aku” menjadi “panyu”.
Bahasa Dagadu atau Bahasa Walikan ini tidak ada aturan seperti
halnya bahasa ngoko, kromo alus, kromo inggil. Tetapi bahasaini sudah ada
kesepakatan bersama dan nyata adanya di tengah masyarakat Yogyakarta dan
merupakan bahasa komunikasi yang di pakai dalam keseharian oleh golongan
masyarakat tertentu.
2.
Bahasa Using
Bahasa Using adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari
cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa Using mirip dengan kata tusing seperti dalam bahasa
Bali, yang berarti “tidak”. Dari makna yang berarti “tidak” tersebut dapat
dilihat dari sejarah , bahwasannya bahasa Using sendiri merupakan bahasa sandi
yang merupakan penegasan penolakan masyarakat Using terhadap berbagai bentuk
penjajah yang dialami mereka baik dari pihak Belanda ataupun pihak pendatang
yang lain yang terkesan memperbudak dan mengekang kebebasan mereka. Sehingga
mereka cenderung menolak pendatang dan sering menggunakan istilah “sing” atau
“hing” yang berarti “tidak”.
Jumlah penduduk asli Banyuwangi yang sering disebut sebagai “Lare
Using” ini diperkirakan mencapai 500.000 jiwa dan otomatis menjadi penutu
bahasa Using ini. Bahasa Using ini persebarannya di daerah Banyuwangi meliputi
Kecamatan Kabat, Rogojambi, Glagah, Kalipuro, Srono, Songgon, Cluring, Giri,
sebagian kota Banyuwangi, Gambiran,
Singojuruh, sebagian Genteng, dan Licin. Wilayah sisanya dihuni oleh warga
berbahasa Jawa dialek Jawa Timuran dan juga bahasa Madura. Selain warga
Banyuwangi sendiri yang menggunakan bahasa Using ini, penutur bahasa ini juga
ditemukan di sebagaian Kabupaten Jember, khususnya di Dusun Krajan Timur, Desa
Glundengan, dan Kecamatan Wuluhan.
Bahasa Using ini berbeda dengan Bahasa Jawa, walaupun terkadang
banyak orang yang mengira bahwasannya bahasa Using adalah bagian dialek dari
bahasa Jawa, tetapi bahasa Using memang benar-benar berbeda dengan bahasa Jawa
dan bahkan mempunyai kaidah-kaidah tersendiri. Bahasa Using ini sendiri
memiliki kedudukan yang sama dengan bahasa Jawa yakni sama-sama merupakan turunan
dari bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi, namun bahasa Using ini terlihat lebih
statis, karena tidak mengenal tingkatan tutur seperti halnya bahasa Jawa.
Selanjutnya mengenai cara pengucapan atau fonologinya bahasa Using
memiliki keunikan tersendiri dalam sistem pelafalannya, diantaranya:
a)
Adanya diftong [ai] untuk vokal [i], semua leksikon berakhiran “i”
pada bahasa Using, khususnya di Banyuwangi selalu dilafalkan “ai”. Seperti
misalnya:
-
Kata “geni” terbaca “genai”
-
Kata “bengi” terbaca “bengai”
-
Kata “gedigi” (begini) terbaca “gedigai”
b)
Adanya diftong [au] untuk vokal [u], leksikon yang berakhiran “u”
hampir semua terbaca “au”. Seperti contoh:
-
Kata “gedigu” (begitu) terbaca “gedigau”
-
Kata “asu” terbaca “asau”
-
Kata “awu” terbaca “awau”
c)
Lafal kunsonan [k] untuk konsonan[q]. Di bahasa Jawa pada leksikon
yang berakhiran dengan huruf “k” selalu dilafalkan dengan glottal “q”.
Sedangkan di bahasa Using justru tetap terbaca “k” yang artinya konsonan hambat
velar, seperti contoh:
-
Kata “apik” terbaca “apiK”
-
Kata “manuk” terbaca “manuK”
d)
Konsonan glottal [q] yang di bahasa Jawa justru tidak ada, seperti
kata [piro’], [kiwo’], dan begitu seterusnya
e)
Palatisasi [y] dalam bahasa Using kerap muncul pada leksikon yang
mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Seperti contoh pada lafal:
-
“Bapak” dilafalkan “Byapak”
-
“Uwak” dilafalkan “Uwyak”
-
“Embah” dilafalkan “Embyah”
-
“Banyuwangi” dilafakan “Byanyuwangai”
-
“Dhawuk” dilafalkan “Dyawuk”, begitupun sebagainya.
D.
Dampak Positif dan Negatif dari Rekayasa Bahasa
Komunikasi merupakan merupakan salah atu kita untuk berinterasi,
tanpa adaya komunikasi pastinya seseorang dengan orang yang lain kan kesulitan
menangkap maksud dan tujuan seseorang, sehingga komunikasi ini sangat di
butuhkan.
Dalam berkomunikasi pastinya membutuhkan sebuah alat komunikasi
yang disebut dengan bahasa. Dengan menggunakan menggunakan bahasa komunikasi
akan menjadi lebih hidup dan nyambung, entah itu menggunakan bahasa lisan,
tulisan, ataupun bahasa isyarat, semuanya mempunyai kelebihan masing-masing,
tinggal siapa yang menggunakan. Di sini yang akan kami bahas, mengenai sesuatu
yang berhubungan dengan bahasa lisan, dari segi bahasa tersebut di ciptakan
ataupun di buat oleh sekelompok atau komunitas tertentu, yang pastinya hal
bahasa tersebut hanya dapat di pahami oleh komunitas tersebut, atau setidaknya
perlu adanya pengkajian terlebih dahulu untuk daat memahami dan menuturkan
bahasa tersebut. Penciptaan bahasa dalam komunitas tersebut biasa disebut
dengan Rekayasa Bahasa, yang pastinya mempunyai dampak tersendiri kepada bahasa
Indonesia yang merupakan sebagai bahasa induk dan bahasa persatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini.
1.
Dampak Positif
Berbicara mengenai dampak positif dari adanya rekayasa bahasa
pastinya mempunyai banyak dampak positifnya diantaranya:
a.
Memperkaya Perbendaharaan Bahasa di Indonesia
Untuk yang pertama ini sudah pasti, dengan adanya ragam bahasa ini
akan memperkaya khazanah perbendaharaan bahasa yang ada di Indonesia, karena
mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku
bangsa, ras dan budaya, pastinya juga mempunyai beragam bahasa yang berbeda.
Sehingga hal itu bukan justru memperpecah ataupun mengkotak-kotak bahasa yang
ada di Indonesia, tetapi hal itu justru sebaliknya justru akan memperkaya
karena mengingat Indonesia sudah mempunyai bahasa persatuan yang sudah di
sepakati di seluruh Indonesia yakni Bahasa Indonesia.
b.
Mempermudah Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi dengan menggunakan bahasa
yang lebih santai dan tidak teralau terikat dengan kaidah bahasa baku akan
lebih mudah di terima oleh lawan bicara, apalagi kalau menggunakan bahasa yang
dimana bahasa itu sudah menjadi kesepakatan bersama di ruang lingkup kehidupan
masyarat ataupun komunitas tertentu, pastinya bahasa tersebut akan lebih enak
di tuturkan dan akan menambah kedekatan antar sang penutur bahasa karena kalau
menggunakan bahasa yang baku justru malah akan terdengar canggung dan kaku.
Sehingga rekaya bahasa di sini memiliki dampak yang luar biasa dalam
menyampaikan maksud dan tujuan dalam berkomunikasi antara individu yang satu
dan individu yang lain dalam ruang lingkup dan kumunitas tertentu.
c.
Melahirkan Kreatifitas
Rekaya bahasa adalah bahasa yang sengaja dibuat-buat oleh sang
penutur, sengaja dibuat tidak terikat dengan kaidah bahasa baku yang cenderung
banyak aturan dan bersifat mengikat. Sehingga dalam rekayasa bahasa ini perlu
adanya kreatifitas tersendiri dalam penciptaannya, karena tidak mudah dalam
menciptakan suatu bahasa yang baru yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi
antar individu. Sehingga disini selain perlu adanya kreatifitas juga diperlukan
adanay kerjasama dan kesepakatan bersama dalam penciptaan rekayasa bahasa ini.
d.
Memperjelas Identitas
Dengan adanya rekaya bahasa ini identitas suatu seseorang akan
lebih mudah dikenali oleh orang lain, karena dia mempunyai keunikan dan
kekhasan tersendiri yang berbeda dengan kelompok ataupun golongan lain,
sehingga lebih mudah dikenali identitasnya dari mana dan dimana dia berasal.
Ambil contoh orang yang menggunakan bahasa dagadu, pastinya berasal dari
Yogyakarta, karena hanya di Yogyakartalah bahasa dagadu tersebut digunakan.
Contoh selanjutnya bahasa Using, sudah pastinya orang menggunakan bahasa Using
tersebut berasal dari Banyuwangi dan daerah sekitarnya, karena hanya di daerah
situlah bahasa Using tersebut digunakan.
2.
Dampak Negatif
Dilihat dari dampak negatif, menurut kami hampir tidak ada karena
memang rekayasa bahasa tidak menyalahi kaidah dasar dari bahasa Indonesia,
tetapi setidaknya dengan adanya rekayasa bahasa menyebabkan sedikit kendala di
masyarakat, khususnya masyarakat secara umum di Indonesia.
a.
Sulit Komunikasi dengan Orang Luar Daerah
Penggunaan rekayasa bahasa yang tidak sesuai tempatnya akan
mengganggu komunikasi dengan pihak lain yang berasal dari luar daerah yang tidak
menggunakan bahasa tersebut. Sehingga lawan bicara tidak bisa menagkap maksud
dan tujuan dari orang yang menggunakan rekayasa bahasa tersebut karena tidak
menguasai bahasa tersebut. pada akhirnya merusak makna dasar adanya komunikasi
yakni bisa saling memahami dan mengerti.
b.
Lebih Mencintai Bahasa Daerah
Adanya rekayasa bahasa
sosial sedikit banyak juga menimbulkan dampak negatif mengenai tingkat
kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia Masyarakat cenderung lebih
mencintai bahasa daerahnya, hal ini terlihat dari tingkat keseringan penggunaan
bahasa daerah daripada bahasa Indonesia. Tetapi hal ini, bukan berarti serta
mesta bahasa derah lebih dicintai daripada bahasa Indonesia, hanya saja
kemungkinan kecil ada, apalagi di daerah-daerah terpencil yang jauh dari pusat
perkotaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya rekayasa
bahasa sosial adalah usaha untuk membimbing dan mempengaruhi perkembangan
bahasa khusunya di daerah tertentu guna untuk mempermudah komunikasi antar
individu di komunitas atau masyarat tertentu. Dan yang terpenting dengan adanya
rekaya bahasa ini akan memperkaya perbendaharaan bahasa yang ada di Indonesia
serta menjadi bukti tentang keBhinekaan Tunggal Ika.
B.
Saran
Menurut kami adanya rekayasa bahasa sosial harus di dukung dan di
homati, karena hal tesebut akan menambah khazanah perbendaharaan bahasa di
Indonesia. Hanya saja perlu di tekankan jangan sampai dengan adanya rekayasa
bahasa sosial ini justru akan melukapakan dan meninggalkan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://forum-blambangan.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-asal-usul-suku-osing-banyuwangi.html
http://bartolomeusmarjono.blogspot.co.id/2012/01/bahasa-gaul-jogja-dagadu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Osing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar