Jumat, 07 April 2017

REKAYASA BAHASA

                              OLEH MAHASISWA PBA UIN SUKA 2015     
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji tak lupa kami kehadirat Allah Subhana Wa ta’ala atas segala berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul Reyakasa Bahasa Sosial
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallaahu’Alaihi Wa Sallam., semoga kita termasuk umat beliau yang kelak mendapat syafaatnya. Aamiin.
Tak lupa terima kasih kami haturkan kepada seluruh pihak yang mendukung, membantu saya dalam penyelesaian makalah tersebut.
Semoga makalah mata kuliah Sosiolinguistik yang telah kami buat bermanfaat bagi masyarakat umumnya, dan bagi diri saya sendiri khususnya. Sekaligus dapat memenuhi tugas dari dosen pengampu yaitu bapak Sembodo Adi serta dapat diterima dengan baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

                                                                                                                                                                                                                                             Yogyakarta, 13 Maret 2017






                  DAFTAR ISI
BAB I
                PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Komunikasi merupakan merupakan salah atu kita untuk berinterasi, tanpa adaya komunikasi pastinya seseorang dengan orang yang lain kan kesulitan menangkap maksud dan tujuan seseorang, sehingga komunikasi ini sangat di butuhkan.
Dalam berkomunikasi pastinya membutuhkan sebuah alat komunikasi yang disebut dengan bahasa. Dengan menggunakan bahasa komunikasi akan menjadi lebih hidup dan nyambung, entah itu menggunakan bahasa lisan, tulisan, ataupun bahasa isyarat, semuanya mempunyai kelebihan masing-masing, tinggal siapa yang menggunakan. Di sini yang akan kami bahas, mengenai sesuatu yang berhubungan dengan bahasa lisan, dari segi bahasa tersebut di ciptakan ataupun di buat oleh sekelompok atau komunitas tertentu, yang pastinya hal bahasa tersebut hanya dapat di pahami oleh komunitas tersebut, atau setidaknya perlu adanya pengkajian terlebih dahulu untuk daat memahami dan menuturkan bahasa tersebut. Penciptaan bahasa dalam komunitas tersebut biasa disebut dengan Rekayasa Bahasa Sosial, yakni bahasa yang digunakan sekelompok masyarakat atau komunitas tertentu untuk mempermudah komunikasi antar anggota komunitas atau masyarakat tersebut.



B.     Rumusan Masalah
a.       Apa itu Rekayasa Bahasa?
b.      Apa saja faktor yang mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial?
c.       Bagaimana proses terjadinya rekayasa terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial?
d.      Apa contoh dari Rekayasa Bahasa Sosial?
e.       Bagaimana dampak positif dan dampak negatif dari adanya Rekayasa Bahasa Sosial?

C.     Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui definisi Rekayasa Bahasa Sosial
b.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial
c.       Mengetahui proses terjadinya rekayasa terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial
d.      Mengetahui contoh dari Rekayasa Bahasa Sosial
e.       Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari adanya Rekayasa Bahasa Sosial













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Rekayasa Bahasa
            Rekayasa bahasa sosial merupakan bahasa yang sengaja dibuat oleh komunitas atau masyarakat tertentu dengan tujuan untuk mempermudah komunikasi dan mempererat hubungan sesama komunitas tersebut serta untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat multilingual agar dapat memperoleh satu alat yang mampu mengkomunikasikan kelompok atau komunitas yang satu alat dengan kelompok lain.
            Dengan adanya rekayasa bahasa sosial ini dapat meambah khazanah perbendaharaan bahasa di Indonesia. Perlu diketahui rekaya bahasa sosial ini diciptakan bukan untuk memecah belah kesatuan berbahasa Indonesia, justru dengan adanya rekayasa bahasa ini merupakan keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia dan menunjukkan bahwasannya Indonesia memeliki kekayaan dalam bidang kesastraan dan bahasa. Tapi dari semua itu perlu diketahui bahwasanya, bukan berarti rekayasa bahasa sosial ini menggeser peran penting Bahasa Indonesia, tetapi justru Bahasa Indonesia tetap menjadi induk dan acuan dari berbagai bahasa dari segala bahasa yang ada di Indonesia.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Rekayasa Bahasa Sosial
            Rekayasa bahasa sosiaal terjadi bukan secara tiba-tiba, tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa sosial tersebut, di antara:
1.      Faktor Geografis
Tempat seseorang tinggal sudah pasti menjadi faktor utama terjadinya rekayasa bahasa ini, karena disitulah komunikasi antar individu paling sering dilakukan, sehingga pasti akan mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa ini. Ambil contoh misalnya bahasa Using di Banyuwangi, bahasa tersebut tercipta karena dia berada di ujung timur pulau Jawa, dimana boleh dikatakan daerah tersebut jauh dari hiruk pikuk keramaian dan problematika yang ada di pulau Jawa. Sehingga masyarakat di sana lebih memilih untuk memnciptakan bahasa mereka sendiri untuk komunikasi antar masyarakat mereka sendiri, sehingga lebih mudah di paham dan diterima.
2.      Faktor Budaya
Faktor budaya juga menjadi salah satu sebab terjadinya rekayasa bahasa sosial. Terjadinya suatu budaya disebabkan kebiasaan masyarakat tertentu yang juga pasti kebiasaan tersebut terdapat bahasa sebagai komunikasi. Contoh budaya orang-orang Jogja yang memang terkenal kreatif dan memiliki nilai seni melahirkan sebuah bahasa juga yang merupakan sebuah hasil kreatifitas dari komunitas tertentu di kota Jogja, yakni bahasa Dagadu.
3.      Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu daerah akan mempengaruhi seberapa kreatif mereka mampu membuat rekayasa bahasa. Dengan dengan tingkat pendidikan tersebut komunitas aktau sekelomopok masyarakat akan mampu berfikir luas dan berusaha menciptakan kosa kata-kosa kata yang mudah dipahami antar individu, dan lama-kelaman akan menciptakan sebuah bahasa baru.
4.      Faktor Politik

Faktor politik juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya rekayasa bahasa. Politik disini lebih bertujuan untuk mempertahan bahasa asli daerah tersebut, ataupun juga untuk melindungi masyarakat lokal dari pengaruh-pengaruh luar yang bersifat merusak.

5.      Akulturasi Budaya

Pengaruh ataupun percampuran budaya lain dengan budaya lokal juga dapat menjadi sebab terjadinya sebuah rekayasa bahasa. Mungkin karena seringnya bertemu antara masyarakat lokal dan masyarakat luar dengan membawa budayanya akan mampu mencampuri bodaya lokal dengan budaya dari daerah lain. Ambil contoh Bahasa Using di Banyuwangi ada juga pengaruh dari Bahasa Bali, karena memang posisi geografisnya yang berdekatan, yang pastinya disitu sering terjadi interaksi anatar masyarakat Banyuwangi dan masyarakat Bali.
Proses yang Mempengaruhi Rekayasa Bahasa
1.      Tahap perenacaan
2.      Perencanaan Rekayasa Bahasa
Pihak perencanaan rekayasa bahasa bertindak sebagai pengambilan keputusan kebijakan dalam memecahkan masalah kebahasaan (Haugen, 1972: 168) pihak perencanaan rekayasa bahasa ini dapat berupa bahan pemerintahan yang resmi yang secara resmi yang secara khusus ditugasi memajukan dan mengembangkan bahasa serta pemakaiannya, atau juga bisa pihak di luar pemerintah yang baik berkelompok maupun perorangan.
3.      Sasaran Rekayasa Bahasa
Sasaran kebahasaan dapat dibagi menjadi dua arah yakni: sasaran kebahasaan dan kemasyarakatan.
a.       Yang dimaksud dengan sasaran kebahasaan ialah pengembangan kode bahasa di bidaang pengaksaraan, tata ejaan, tata istilah, tata bahasa, perkamusan, elaborasi, fungsi pemakaian bahasa, dsb.
b.      Yang dimaksud arah kemasyarakatan ialah masyarakat yang diharapkan menerima rancangan rekayasa bahasa tersebut.
4.      Tahap Pelaksanaan
Dikemukakakn oleh Haugen (1971: 297­-293) menimbulkan 2 tindakan yang penting bagi perlakuan kita terhadap bahasa, yakni pengembangan kode bahasa dan pembinaan rekayasa bahasa dan pada dasarnya mencakup dua hal yakni pengembangan kode bahasa dan pembinaan pemakaian bahasa.


C.     Contoh Rekayasa Bahasa

1.      Bahasa Gaul Jogja (Dagadu)
Dagadu merupakan salah satu bahasa yang di gunakan oleh masyarakat Yogyakarta. Tetapi, bahasa Dagadu ini bukan merupakan bagian dari bahasa yang biasa di kenal di masyarakat yakni bahasa ngoko, bahasa kromo alus, dan kromo inggil, melainkan merupakan bahasa pergaulan anak muda Jogja yang terkenal kreatif, inovatif dan terdengar aneh. Bahasa ini tidak diketahui sejarahnya mulai kapan muncul dan siapa yang menciptakan, tetapi di yakini, bahasa ini mulai terkenal di masyarakat Jogja, khususnya golongan anak muda dan di kalangan preman sekitar tahun 70 an. Bahasa Dagadu ini dikenal juga bahasa Walikan, karena pola kalimatnya yang terdengar terbalik balik dan tidak beraturan. Contonya:
-Mas (Dab)
-Piye ? (Hire?)
-Aku cinta kamu ( Panyu jidha nyadu)
- Aku tinggal di Jogja ( Panyu gitang mi cotca)
-Tanah airku Indonesia (Gadhap aiynyu idhodhebi)
 Bahasa Dagadu ini memang bukan bahasa baku yang ada aturan-aturan tersendiri dalam menggunakan bahasa. Tetapi setidaknya bahasa Dagadu ini mempunyai rumus-rumus tertentu yang dapat dipelajari, karena memang sebenarnya bahasa Dagadu ini diambil dari rumus tulisan Jawa “ ha na ca ra ka) karangan Aji Saka. Sehingga bahasa Dagadu ini bisa untuk di pelajari. Rumusnya seperti di bawah ini:
a.       Menggunakan huruf aksara jawa yang jumlahnya 20 huruf yakni:
 “ Ha Na Ca Ra Ka
    Da Ta Sa Wa La
    Pa Dha Ja Ya Nya
    Ma Ga Ba Tha Nga
b.      20 huruf tersebut dipisahkan menjadi 2 kelompok, yakni:
1)      Kelompok pertama (Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La)
2)      Kelompok kedua     ( Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga)
c.       Selanjutnya huruf kelompok pertama dijodohkan dengan kelompok kedua untuk memenuhi rumus dalam percakapan bahasa, misalnya:
Ha=Pa, Na=Dha   , Ca=Ja, Ra=Ya, Ka=Nya,
Da=Ma, Ta=Ga, Sa=Ba, Wa=Tha, dan La=Nga
Selanjutnya hurufnya dapat dibolak balik misalnya Pa=Ha, Dha=Na, Ja=Ca, dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya, lihat contoh berikut ini!
1)      Orang bilang “hire?” artinya dalam bahasa Jawa sehari hari “piye?”
Kata di atas memiliki rumus huruf Pa=Ha dan Ya=Ra. Jadi huruf Pi=Hi dan Ye=Re, sehingga menjadi “Piye?” menjadi “Hire?”.
2)      Sebutan “mas” menjadi “dab”.
Rumusnya Ma=Sa, dan S=B, sehingga “mas” menjadi “dab”
3)      Kata “aku” menjadi “panyu”.
Rumusnya Ha/A=Pa, dan Ku=Nyu, sehingga “aku” menjadi “panyu”.

Bahasa Dagadu atau Bahasa Walikan ini tidak ada aturan seperti halnya bahasa ngoko, kromo alus, kromo inggil. Tetapi bahasaini sudah ada kesepakatan bersama dan nyata adanya di tengah masyarakat Yogyakarta dan merupakan bahasa komunikasi yang di pakai dalam keseharian oleh golongan masyarakat tertentu.

2.      Bahasa Using

Bahasa Using adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia.
Bahasa Using mirip dengan kata tusing seperti dalam bahasa Bali, yang berarti “tidak”. Dari makna yang berarti “tidak” tersebut dapat dilihat dari sejarah , bahwasannya bahasa Using sendiri merupakan bahasa sandi yang merupakan penegasan penolakan masyarakat Using terhadap berbagai bentuk penjajah yang dialami mereka baik dari pihak Belanda ataupun pihak pendatang yang lain yang terkesan memperbudak dan mengekang kebebasan mereka. Sehingga mereka cenderung menolak pendatang dan sering menggunakan istilah “sing” atau “hing” yang berarti “tidak”.
Jumlah penduduk asli Banyuwangi yang sering disebut sebagai “Lare Using” ini diperkirakan mencapai 500.000 jiwa dan otomatis menjadi penutu bahasa Using ini. Bahasa Using ini persebarannya di daerah Banyuwangi meliputi Kecamatan Kabat, Rogojambi, Glagah, Kalipuro, Srono, Songgon, Cluring, Giri, sebagian  kota Banyuwangi, Gambiran, Singojuruh, sebagian Genteng, dan Licin. Wilayah sisanya dihuni oleh warga berbahasa Jawa dialek Jawa Timuran dan juga bahasa Madura. Selain warga Banyuwangi sendiri yang menggunakan bahasa Using ini, penutur bahasa ini juga ditemukan di sebagaian Kabupaten Jember, khususnya di Dusun Krajan Timur, Desa Glundengan, dan Kecamatan Wuluhan.
Bahasa Using ini berbeda dengan Bahasa Jawa, walaupun terkadang banyak orang yang mengira bahwasannya bahasa Using adalah bagian dialek dari bahasa Jawa, tetapi bahasa Using memang benar-benar berbeda dengan bahasa Jawa dan bahkan mempunyai kaidah-kaidah tersendiri. Bahasa Using ini sendiri memiliki kedudukan yang sama dengan bahasa Jawa yakni sama-sama merupakan turunan dari bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi, namun bahasa Using ini terlihat lebih statis, karena tidak mengenal tingkatan tutur seperti halnya bahasa Jawa.
Selanjutnya mengenai cara pengucapan atau fonologinya bahasa Using memiliki keunikan tersendiri dalam sistem pelafalannya, diantaranya:
a)      Adanya diftong [ai] untuk vokal [i], semua leksikon berakhiran “i” pada bahasa Using, khususnya di Banyuwangi selalu dilafalkan “ai”. Seperti misalnya:
-          Kata “geni” terbaca “genai”
-          Kata “bengi” terbaca “bengai”
-          Kata “gedigi” (begini) terbaca “gedigai”
b)      Adanya diftong [au] untuk vokal [u], leksikon yang berakhiran “u” hampir semua terbaca “au”. Seperti contoh:
-          Kata “gedigu” (begitu) terbaca “gedigau”
-          Kata “asu” terbaca “asau”
-          Kata “awu” terbaca “awau”
c)      Lafal kunsonan [k] untuk konsonan[q]. Di bahasa Jawa pada leksikon yang berakhiran dengan huruf “k” selalu dilafalkan dengan glottal “q”. Sedangkan di bahasa Using justru tetap terbaca “k” yang artinya konsonan hambat velar, seperti contoh:
-          Kata “apik” terbaca “apiK”
-          Kata “manuk” terbaca “manuK”
d)     Konsonan glottal [q] yang di bahasa Jawa justru tidak ada, seperti kata [piro’], [kiwo’], dan begitu seterusnya
e)      Palatisasi [y] dalam bahasa Using kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Seperti contoh pada lafal:
-          “Bapak” dilafalkan “Byapak”
-          “Uwak” dilafalkan “Uwyak”
-          “Embah” dilafalkan “Embyah”
-          “Banyuwangi” dilafakan “Byanyuwangai”
-          “Dhawuk” dilafalkan “Dyawuk”, begitupun sebagainya.

D.    Dampak Positif dan Negatif dari Rekayasa Bahasa

Komunikasi merupakan merupakan salah atu kita untuk berinterasi, tanpa adaya komunikasi pastinya seseorang dengan orang yang lain kan kesulitan menangkap maksud dan tujuan seseorang, sehingga komunikasi ini sangat di butuhkan.
Dalam berkomunikasi pastinya membutuhkan sebuah alat komunikasi yang disebut dengan bahasa. Dengan menggunakan menggunakan bahasa komunikasi akan menjadi lebih hidup dan nyambung, entah itu menggunakan bahasa lisan, tulisan, ataupun bahasa isyarat, semuanya mempunyai kelebihan masing-masing, tinggal siapa yang menggunakan. Di sini yang akan kami bahas, mengenai sesuatu yang berhubungan dengan bahasa lisan, dari segi bahasa tersebut di ciptakan ataupun di buat oleh sekelompok atau komunitas tertentu, yang pastinya hal bahasa tersebut hanya dapat di pahami oleh komunitas tersebut, atau setidaknya perlu adanya pengkajian terlebih dahulu untuk daat memahami dan menuturkan bahasa tersebut. Penciptaan bahasa dalam komunitas tersebut biasa disebut dengan Rekayasa Bahasa, yang pastinya mempunyai dampak tersendiri kepada bahasa Indonesia yang merupakan sebagai bahasa induk dan bahasa persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
1.      Dampak Positif
Berbicara mengenai dampak positif dari adanya rekayasa bahasa pastinya mempunyai banyak dampak positifnya diantaranya:
a.       Memperkaya Perbendaharaan Bahasa di Indonesia
Untuk yang pertama ini sudah pasti, dengan adanya ragam bahasa ini akan memperkaya khazanah perbendaharaan bahasa yang ada di Indonesia, karena mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku bangsa, ras dan budaya, pastinya juga mempunyai beragam bahasa yang berbeda. Sehingga hal itu bukan justru memperpecah ataupun mengkotak-kotak bahasa yang ada di Indonesia, tetapi hal itu justru sebaliknya justru akan memperkaya karena mengingat Indonesia sudah mempunyai bahasa persatuan yang sudah di sepakati di seluruh Indonesia yakni Bahasa Indonesia.
b.      Mempermudah Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi dengan menggunakan bahasa yang lebih santai dan tidak teralau terikat dengan kaidah bahasa baku akan lebih mudah di terima oleh lawan bicara, apalagi kalau menggunakan bahasa yang dimana bahasa itu sudah menjadi kesepakatan bersama di ruang lingkup kehidupan masyarat ataupun komunitas tertentu, pastinya bahasa tersebut akan lebih enak di tuturkan dan akan menambah kedekatan antar sang penutur bahasa karena kalau menggunakan bahasa yang baku justru malah akan terdengar canggung dan kaku. Sehingga rekaya bahasa di sini memiliki dampak yang luar biasa dalam menyampaikan maksud dan tujuan dalam berkomunikasi antara individu yang satu dan individu yang lain dalam ruang lingkup dan kumunitas tertentu.
c.       Melahirkan Kreatifitas
Rekaya bahasa adalah bahasa yang sengaja dibuat-buat oleh sang penutur, sengaja dibuat tidak terikat dengan kaidah bahasa baku yang cenderung banyak aturan dan bersifat mengikat. Sehingga dalam rekayasa bahasa ini perlu adanya kreatifitas tersendiri dalam penciptaannya, karena tidak mudah dalam menciptakan suatu bahasa yang baru yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar individu. Sehingga disini selain perlu adanya kreatifitas juga diperlukan adanay kerjasama dan kesepakatan bersama dalam penciptaan rekayasa bahasa ini.
d.      Memperjelas Identitas
Dengan adanya rekaya bahasa ini identitas suatu seseorang akan lebih mudah dikenali oleh orang lain, karena dia mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri yang berbeda dengan kelompok ataupun golongan lain, sehingga lebih mudah dikenali identitasnya dari mana dan dimana dia berasal. Ambil contoh orang yang menggunakan bahasa dagadu, pastinya berasal dari Yogyakarta, karena hanya di Yogyakartalah bahasa dagadu tersebut digunakan. Contoh selanjutnya bahasa Using, sudah pastinya orang menggunakan bahasa Using tersebut berasal dari Banyuwangi dan daerah sekitarnya, karena hanya di daerah situlah bahasa Using tersebut digunakan.

2.      Dampak Negatif
Dilihat dari dampak negatif, menurut kami hampir tidak ada karena memang rekayasa bahasa tidak menyalahi kaidah dasar dari bahasa Indonesia, tetapi setidaknya dengan adanya rekayasa bahasa menyebabkan sedikit kendala di masyarakat, khususnya masyarakat secara umum di Indonesia.
a.       Sulit Komunikasi dengan Orang Luar Daerah
Penggunaan rekayasa bahasa yang tidak sesuai tempatnya akan mengganggu komunikasi dengan pihak lain yang berasal dari luar daerah yang tidak menggunakan bahasa tersebut. Sehingga lawan bicara tidak bisa menagkap maksud dan tujuan dari orang yang menggunakan rekayasa bahasa tersebut karena tidak menguasai bahasa tersebut. pada akhirnya merusak makna dasar adanya komunikasi yakni bisa saling memahami dan mengerti.

b.      Lebih Mencintai Bahasa Daerah
                 
      Adanya rekayasa bahasa sosial sedikit banyak juga menimbulkan dampak negatif mengenai tingkat kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia Masyarakat cenderung lebih mencintai bahasa daerahnya, hal ini terlihat dari tingkat keseringan penggunaan bahasa daerah daripada bahasa Indonesia. Tetapi hal ini, bukan berarti serta mesta bahasa derah lebih dicintai daripada bahasa Indonesia, hanya saja kemungkinan kecil ada, apalagi di daerah-daerah terpencil yang jauh dari pusat perkotaan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya rekayasa bahasa sosial adalah usaha untuk membimbing dan mempengaruhi perkembangan bahasa khusunya di daerah tertentu guna untuk mempermudah komunikasi antar individu di komunitas atau masyarat tertentu. Dan yang terpenting dengan adanya rekaya bahasa ini akan memperkaya perbendaharaan bahasa yang ada di Indonesia serta menjadi bukti tentang keBhinekaan Tunggal Ika.
B.     Saran
Menurut kami adanya rekayasa bahasa sosial harus di dukung dan di homati, karena hal tesebut akan menambah khazanah perbendaharaan bahasa di Indonesia. Hanya saja perlu di tekankan jangan sampai dengan adanya rekayasa bahasa sosial ini justru akan melukapakan dan meninggalkan bahasa Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

http://forum-blambangan.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-asal-usul-suku-osing-banyuwangi.html
http://bartolomeusmarjono.blogspot.co.id/2012/01/bahasa-gaul-jogja-dagadu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Osing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar