Kamis, 21 Desember 2017

FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang Masalah
Filsafat sebagai dasar dari ilmu pengetahuan mengandung banyak makna dasar yang bisa membantu kita untuk memahami hakekat darisesuatu hal. Namun masih banyak orang yang masih belum memahami pentingnya filsafat bagi pendidikan mereka. Dengan filsafat kita bisa mengerti asal muasal dari pendidikan, dapat mengetahui pokok pikiran dari pendidian dan sebagainya. Maka dari itulah filsafat sngat penting Makalah ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman pembaca agar lebih memahami hakekat tentang filsafat khususnya fungsi dan hubungan filsafat dengan pendidikan. Penulis juga membahas hubungan antara filsafat pendidikan islam dengan pendidikan multikul tural khususnya di Indonesia.
   B.     Rumusan masalah
           1.      Apa yang dimaksud dengan Pendidikan ?
           2.      Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Islam ?
           3.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam ?
           4.      Bagaimana Hubungan Filsafat Pendidikan Islam dan Pendidikan ?

   C.    Tujuan Penulisan
           1.      Untuk mengetahui makna dari filsafat pendidikan Islam
           2.      Untuk mengetahui makna dari ilmu pendidikan Islam
           3.      Untuk mengetahui hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan pendidikan


    Selengkapnya......

FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN

silahkan klik di sini

Senin, 11 Desember 2017

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

download

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

FILE MAKALAH BISA DIDOWNLOAD DI SINI


   A.    Pengertian Pendekatan
       Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu prosesyang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

   B.     Pendekatan Saintifik
      a.      Pengertian
Pada materi pelatihan implementasi kurikulum 2013 (2013) disebutkan pendekatan saintifik  (scientific approach ) dalam pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin. Pendekatan saintifik ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Lebih lanjut disebutkan, pendekatan saintifik pembelajaran antara lain meliputi langkah-langkah pokok :
    1.      Mengamati
    2.      Menanya
    3.      Mengumpulkan informasi
    4.      Mengomunikasikan

     b.      Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pada pedoman pelaksanaan pembelajaran yang terdapat dalam lampiran permendikbud RI Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diuraikan bahwa pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar.
Langkah Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Hasil Belajar
Mengamati (observing)
Mengamati dengan indra
(Membaca,mendengar,menyimak,
melihat,menonton, dsb) dengan atau tanpa alat.
Perhatian pada waktu mengamati suatu objek atau membaca suatu tulisan atau mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya (Question-ning)
Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskuskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui atau sebagai klarifikasi.
Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik ( pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)
Mengumpulkan informasi atau mencoba (experimenting)
Mengekplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemostrasikan, meniru bentuk atau gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi atau menambah atau mengembangkan.
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji atau digunakan kelengkapan informasi, validatas informasi ysng dikumpulkan, dan instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Menalar atau mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena atau informasi yang terkait dalam rangka menemukan.
Mengembangkan interprestasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta atau konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta atau konsep.
Mengumpulkan informasi atau mencoba (experimenting)
Mengekplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemostrasikan, meniru bentuk atau gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selaian buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi atau menambah atau mengembangkan.
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji atau digunakan kelengkapan informasi, validatas informasi ysng dikumpulkan, dan instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Langkah pembelajaran tersebut diatas dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Tertuang dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015 SD Kelas III dan VI (Kemendikbud: 2015),[1] memuat langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut.
1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, melatih ketelitian, dan mengumpulkan informasi. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full learning). kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Melalui observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi .
2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.
3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.
4) Menentukan di mana tempat objek yang akan di observasi.
5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang SD, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Kegiatan mengamati bertujuan untuk melatih ketrampilan peserta didik dalam mencari dan menggali informasi dari kegiatan mengamati gambar dan mencermati teks bacaan. Pengamatan gambar dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal peserta didk sehingga proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan membangkitkan antusias peserta didik karena dapat mengaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata, seperti objek pengamatan dalam gambar dikembangkan yang ada di lingkungan sekolah ataupun rumah. Gambar-gambar yang diamati juga harus bervariasi dan dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik sehingga dapat memancing peserta didik untuk bertanya hal-hal yang ingin diketahui dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Ketika peserta didk mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka mereka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia (untuk aspek mendengarkan, berbicara, dan membaca gambar, serta menulis hasil identifikasi ). Bagi peserta didik SD yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca gambar.[2]
2. Menanya

Melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan sebelumnya, peserta didik dilatih keterampilannya dalam bertanya secara kritis dan kreatif. Guru menstimulus rasa ingin tahu peserta didik dengan memberikan beberapa pertanyaan pancingan dan memberikan kesempatan kepada pesertad didik untuk membuat dan merumuskan pertanyaan mereka sendiri. Peserta didik yang masih duduk di SD tidak mudah diajak tanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pertanyaan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Melalui media gambar peserta didik di ajak tanya jawab kegiatan apa saja yang harus dilakukan peserta didik sesuai tema yang sedang dipelajari. Kegiatan menanya diharapkan muncul dari peserta didik.
Kegiatan menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya tidak selalu diungkapkan, tetapi ada didalam pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya, guru harus memberi kesempatan mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Sebagai contoh, guru dapat memancing dengan pertanyaan: “ Apa saja yang bisa kamu tanyakan tentang bacaan tadi ?” atau “ Buatlah pertanyaan sebanyak mungkin dari bacaan tadi” atau “ Bagaimana cara perkembangbiakkan hewan yang ada dalam bacaan?” dan lain-lain yang mengarah pada cara perkembang biakkan hewan disekitar peserta didik. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran sanga penting, sehingga tetap harus dilakukan.
Fungsi bertanya adalah sebagai berikut :
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikAn rancangan untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, ber-argumen mengembangkan kemampuan berfikir, dan menarik kesimpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berfikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.[3]

3. Mengumpulkan Informasi atau Eksperimen (Mencoba)

Dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan pada kegiatan sebelumnya, peserta didik dibimbingdan diberi kesempatan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bisa mereka olah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka miliki sebelumnya. Kegiatan pengumpulan informasi ini bisa dilakukan melalui berbaga macam kegiatan yang berbeda, yaitu antara lain: Mencari jawaban atau informasi dari lingkungan atau internet atau melakukan kegiatan yang relevan, melakukan eksperimen; membaca sumber lain selain buku teks; mengamati objek atau kejadian atau aktivitas; dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi atau eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, meghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan alam sekitar, serta mampu menggunakan metode iilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari`
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar hendaklah:
1) Merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik.
2) Bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan.
3) Memperhitungkan tempat dan waktu.
4) Menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik.
5)  Membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
6) Membagi kertas kerja kepada peserta didik.
7) Membimbing peserta didik melaksanakan eksperimen.
8)  Mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Sebagai contoh, kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih peserta didik dalam mengumpulkan informasi atau melakukan eksperimen dari tahap kegiatan bertanya yaitu tentang perkembangbiakkan hewan. Guru dapat menugaskan peserta didik untuk menyelidiki perkembangbiakkan hewan yang ada di buku bacaan, di lingkungan sekolah dan rumah. Melalui kegiatan sederhana ini diharapkan peserta didik dapat menemukan sendiri cara perkembangbiakkan hewan.[4]

4. Mengasosiasi/ Mengolah informasi

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah sebagai berikut:
   a) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil  dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; dan
        b)   Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari informasi dari berbagai sumber yang memilki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan proedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegita menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarka bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yag logis dan sistemastis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dmaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Oleh karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori asosiasi. Iatilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam  ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa kemudian memasukkannya menjadi penggalan materi.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembanga aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini (Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum Jenjang Sekolah Dasar Tahun 2015, Tematik Terpadu Kelas VI:136)
             a)      Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai degan tuntunan kurikulum.
          b)      Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau tugas utama guru adalah memberi intruksi singkattapi jelas degan disertai contoh-contoh.
            c)      Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dan yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
              d)     Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
              e)      Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
              f)       Perlu pengulangan dan latihan agar perilkau yang diinginkan menjadi kebiasaan.
             g)      Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang diinginkan menjadi kebiasaan.
              h)      Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk memberikan tindakan perbaikan.
Pada tahap pengolahan data, peserta didik dengan bimbingan guru mengolah informasi dan menyimpulkan yang bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi ang telah mereka dapatkan dari kegiatan sebelumnya (menggali informasi). Sebagai contoh, tahap ini adalah mengolah tentang tahapan yang ada pada perkembangbiakan ayam, perubahan pada setiap tahapan. Perubahan yang diamati meliputi perubhana bentuk, warna, ukuran, pertambahan bulu ayam, dan hal lainnya yang bisa diamati, cara berkembang biak hewan dan manfaat yang diperoleh dari proses perkembangbiakan hewan. Pada tahap ini peserta didik menuliskan tahapan dan ciri-ciri di setiap tahapan perkembangbiakan ayam pada tempt yang sudah disediakan. Pada tahap ini peserta didik juga diarahkan untuk berlatih menulis dengan urutan ang tepat, menggunakan huruf besar dan tanda baca yang benar.
Pada tahapan mengolah informasi ini juga peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsu guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya peserta didiklah yang harus aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dega empti, sling menghormati, dan menerima kekurnga atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan pesera didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjsama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.[5] 
5. Mengomunikasikan
Pada kegaiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru  agar peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telat dikerjakan sudah bener atau ada yang harus diperbikaiki. Hal ni dapat juga diartikan sebagai kegiatan konfirmasi.
Kegiatan belajar mengomunikasikan adalah mnyampaiakan hasil pegamatan, kesimpulan berdasarkan anaisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, kemampaun berfikir sistematis, mengungkapakan pendapat dengan singkat dan jelas, an mengembagkan kemampuan berbahasa yang bai dan benar.
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama dalam kesatuan satu kelompok atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Kegiatan ini sekaligus merupakan kesempatan bagi guru untuk melakukan konfimasi, terhadap apa yang telah disimpulkan oleh peserta didik. Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama, kolaboratif dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil penctatan dilakukan kedalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.[6]




[1] Dr. Supinah, Guru Pembelajar, Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi, Pedagogik Metodologi Pembelajaran Di Sekolah Dasar, ( Jakarta:  Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudyaan, 2016), hlm. 23-25
[2] Ibid., hlm.26-27
[3] Ibid., hlm.28-29
[4] Ibid., hlm.30
[5] Ibid., Hlm. 31-33
[6] Ibid., Hlm. 33-34